Rabu, 14 Mei 2014

Budidaya Karet

"panduan-cara-teknis-tips-budidaya-perkebunan-tanaman-karet-produk-hasil-karet-indonesia-cara-meningkatkan-hasil-karet"I. PENDAHULUAN
Tujuan utama pasaran hasil produksi tanaman karet (hevea brasiliensis) Indonesia adalah ekspor. Di pasaran internasional (perdagangan bebas) produk karet Indonesia menghadapi persaingan ketat. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan Kuantitas dan Kualitas hasil produksi tanaman karet, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan (Aspek K-3). Simak panduan cara budidaya tanaman karet berikut ini.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
  • Suhu udara 240C – 280C.
  • Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
  • Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
  • Kelembaban tinggi
  • Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
  • Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
  • Ketinggian lahan 200 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persemaian Perkecambahan
  • Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat.
  • Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm.
  • Tebarkan Natural Glio yang sudah terlebih dulu dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 mg.
  • Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat.
  • Benih direndam POC NASA selama 3-6 jam (1 tutup/liter air).
  • Benih disemaikan langsung disiram larutan POC NASA 0,5 tutup/liter air.
  • Jarak tanam benih 1-2 cm.
  • Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hss dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.
3.1.2. Persemaian Bibit
  • Tanah dicangkul sedalam 60-75 cm, lalu dihaluskan dan diratakan.
  • Buat bedengan setinggi 20 cm dan parit antar bedengan sedalam 50 cm.
  • Benih yang berkecambah ditanam dengan jarak 40x40x60 cm untuk okulasi coklat dan 20x20x60 untuk okulasi hijau.
  • Penyiraman dilakukan secara teratur
  • Pemupukan :

PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali) GT 1 : 8 gr urea, 4 gr TSP, 2 gr KCl perpohon LCB 1320: 2,5 gr urea, 3 gr TSP, 2 gr KCl perpohon. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali
3.1.3. Pembuatan Kebun Entres
  • Cara penanaman dan pemeliharaan seperti menanam bibit okulasi.
  • Bibit yang digunakan dapat berbentuk bibit stump atau bibit polybag.
  • Jarak tanam 1,0 m x 1,0 m.
  • Pemupukan :
PUPUK MAKRO : (diberikan 3 bulan sekali)
  1. Tahun I : 10 gr urea, 10 gr TSP, 10 gr KCl /pohon
  2. Tahun II : 15 gr urea, 15 gr TSP, 15 gr KCl /pohon
  3. POC NASA : 2-3 cc/lt air perbibit disiramkan 1-2 minggu sekali
3.1.4. Okulasi
Ada 2 macam okulasi: Okulasi coklat dan okulasi hijau.
  • Teknik Okulasi : (keduanya sama).
  • Buat jendela okulasi panjang 5-7 cm, lebar 1-2 cm.
  • Persiapkan mata okulasi.
  • Pisahkan kayu dari kulit (perisai).
  • Masukkan perisai ke dalam jendela.
  • Membalut, gunakan pita plastik/rafia tebal 0,04 mm.
  • Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika pesriasi digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil. Diulangi 1-2 minggu kemudian.
  • Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi.
  • Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag.
3.2. Pengolahan Media Tanam
  1. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
  2. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
  3. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
  4. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
  • 0-3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele.
  • 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo.
3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
Lubang tanam :
  • okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
  • okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm
  • Masukkan bibit dan plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.
  • Buka kantong plastik, tebarkan NATURAL GLIO yang telah dikembangbiakkan dalam pupuk kandang + 1 minggu dan segera timbun dengan tanah galian.
  • Siramkan POC NASA yang telah dicampur air secara merata (1 tutup/lt air perpohon). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPERNASA. Caranya : 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. Atau gunakan SUPERNASA GRANULE dengan cara ditebarkan.
3.4. Pemeliharaan Tanaman Karet
a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.
b. Pemupukan
Catatan: Akan Lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPERNASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 300 tanaman karet. Cara lihat Teknik Penanaman (Point 3.3.3.)
3.5.1. Hama
  1. Kutu tanaman (Planococcus citri). Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
  2. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus). Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
3.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap karet, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
  1. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
  2. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
  3. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
  4. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
  • Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
  • Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro – mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
  • Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
  • Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
  • Bagian yang terserang segera dimusnahkan
  • Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
  • Pisau sadap steril
  • Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

Senin, 12 Mei 2014

Jalan-jalan Sambil Belajar di Perkebunan Karet


Jalan-jalan Sambil Belajar di Perkebunan Karet
Indonesia memang sungguh beruntung. Negeri gemah ripah loh jinawi ini dikaruniai kekayaan alam yang sangat luar biasa. Ya, jika Anda penasaran dengan negara yang memiliki flora dan fauna terlengkap di dunia, maka Indonesia adalah jawabannya. Negara tropis ini menjadi surganya para pecinta flora dan fauna karena berbagai macam satwa dan tumbuhan berada di dalamnya.
Sektor alam tidak hanya dijadikan sumber komoditi pangan dan dagang. Kini, banyak sekali wisata alam atau yang dikenal dengan wisata agro dibuka di berbagai wilayah di Indonesia. Sebut saja Taman Buah Mekarsari sebagai wisata agro yang terkenal di Indonesia. Wisata agro memang kini semakin banyak dilirik oleh masyarakat. Tak hanya sebagai ajang wisata keluarga, wisata agro dapat dijadikan field trip oleh berbagai instansi sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga tingkat universitas.
Belajar Sambil Menyusuri Perkebunan Karet
Jalan-jalan Sambil Belajar di Perkebunan Karet
Salah satu jenis wisata agro yang mulai diminati oleh masyarakat adalah wisata perkebunan karet. Wisata agro lainnya seperti buah-buahan, teh atau kopi sudah familiar bagi masyarakat. Wisata agro perkebunan karet menawarkan berbagai macam hal mengenai seluk beluk pohon karet beserta pengolahannya.
Berikut ini beberapa hal kelebihan wisata agro perkebunan karet bagi Anda :
1. Anda dapat menikmati pemandangan alam yang sejuk dan menawan. Ya, perkebunan karet memang sangat indah. Pohon karet yang menjulang tinggi disertai dedaunan yang lebat menyebabkan suasana sekitarnya menjadi sejuk dan nikmat.
2. Anda dapat melihat langsung para petani pohon karet menuai hasil karetnya langsung dari pohon. Hal ini tentunya akan menjadi pengalaman yang sangat berharga, terutama bagi Anda yang tinggal di perkotaan. Anda dan keluarga pun akan lebih menghargai usaha para petani karet ini dengan menggunakan produk-produk karet secara bijaksana.
3. Anda dapat melihat langsung pemrosesan karet dari bahan mentah hingga menjadi barang jadi langsung di pabriknya. Ya, kini agro wisata bekerja sama langsung dengan pabrik pengolahan karet sehingga Anda dan keluarga bisa melihat pengolahannya.
Wisata yang unik dan edukatif bukan?
Dimana Mengunjungi Perkebunan Karet?
Jalan-jalan Sambil Belajar di Perkebunan Karet
Beberapa daerah yang memiliki perkebunan karet kini siap untuk memanjakan Anda dan sekeluarga dengan berwisata agro perkebunan karet. Beberapa wilayah di antaranya adalah :
1. Objek Wisata Agro Sungai Lembu, Sumber Jambe dan Pasewaran di Banyuwangi, Jawa Timur
Selain perkebunan karet, disini Anda dapat menikmati  perkebunan kakao dan gula kelapa.
2. Objek Wisata Agro Rokan Hilir di Riau
Disini Anda akan dimanjakan dengan pemandangan perkebunan karet yang eksotis dan sejuk. Selain itu, Anda juga bisa melihat langsung pemrosesan karet di pabriknya.

Senin, 05 Mei 2014

OKI Tingkatkan Mutu Terasi dari Tulung Selapan

OKI Tingkatkan Mutu Terasi  dari Tulung Selapan
SRIPOKU.COM/MAT BODOK
Herry Susanto, Kadisperindagkop OKI
 
SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG - Terasi atau sering disebut dengan "calok" Tulung Selapan siapa yang tidak kenal terutama bagi para  penikmat pindang Meranjat mauapun Pegagan, makanan khas Sumatera Selatan (Sumsel).
Terasi Selapan warnanya tidak segelap terasi udang biasa, tapi agak ke abu-abuan sehingga memberikan warna kecokelatan serta rasa yang nikmat pada kuah.
Terasi Tulung Selapan sudah terkenal di seantero Indonesia, namun sayang aktivitas produksinya masih konvensional. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) malalui Dinas Perdagangan dan Koperasi akan melakukan pelatihan bagi para produsen terasi Tulung Selapan di Kecamatan Cengal dan Kecamatan Tulung Selapan.
“Iya kita akan melakukan pelatihan pengemasan kepada para produsen terasi Tulung Selapan di Kecamatan Tulung Selapan dan Kecamatan Cengal. Ini merupakan upaya kita untuk meningkatkan kualitas produk lokal terutama inovasi dalam pengemasan produk agar lebih awet tanpa bahan pengawet dan tentunya berharap penghasilan pengerajin akan lebih meningkat,” jelas Herry Susanto Kadisperindagkop Kabupaten OKI, Kamis, (10/4/2014).
 

My Village

Uniknya Becak Tulung Selapan

Palembang - Jika kita berkunjung ke desa Tulung Selapan, Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, kita akan terkejut melihat becak yang ada di sana. Becak yang digunakan warga yang terkenal dengan produksi terasinya ini, cukup unik. Mungkin, inilah satu-satunya becak yang terunik di Indonesia.

Becak ini tetap menggunakan tenaga manusia buat menjalankannya. Tapi, becak ini memiliki dua wilayah tempat duduk. Yakni tempat duduk atas dan bawah. Kapasitas tempat duduk pun lebih banyak dari becak umumnya yang hanya mampu menampung dua-tiga orang penumpang. Becak ini dapat menampung enam orang. Namun, tempat duduk bagian bawah dapat dibuka dan digunakan buat membawa barang. Atap becak ini juga tidak miring ke depan, tapi rata seperti atap tenda.

Ukuran becak di Tulung Selapan ini cukup luas, yakni lebar 1,2 meter, dan panjang 1 meter. Kerangkanya dari besi kopong, tapi badannya terbuat dari fiberglass.

Sekali angkut, misalnya dari pasar ke rumah, kita cukup mengeluarkan uang sebesar Rp 2.000. Tapi jika ingin keliling desa Tulung Selapan kita hanya mengeluarkan uang berkisar Rp 5.000.

Harga becak ini Rp 2,5 juta. Pembuatannya hanya ada di Tulung Selapan.

O, ya, desa Tulung Selapan berada di sekitar 120 kilometer ke arah pesisir timur Sumatera Selatan. Perjalanan ke desa ini membutuhkan waktu berkisar 2 jam. Jarak waktu yang lamban ini lantaran sebagian ruas jalan ke daerah penghasil terasi ini berlubang atau rusak.

Dulunya, Tulung Selapan juga dikenal sebagai produksi kayu berkualitas baik dari Sumatera Selatan. Tapi kini hal itu tidak berlangsung lagi. Warga kini lebih banyak bercocok tanam karet dan kelapa sawit.

Minggu, 04 Mei 2014

Kuliner Masakan

10 MAKANAN KHAS PALEMBANG

Selain pempek dari palembang, ternyata palembang masih menyimpan beberapa makanan khas lainnya yang tentunya seru dan enak-enak juga. Berikut 10 makanan khas dari palembang :


1. PEMPEK



Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak - otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

2. TEKWAN



Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil - kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

3. MODEL



Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

4. Laksan



Laksan, berbahan dasar pempek lenjer tebal, dipotong melintang dan kemudian disiram kuah santan pedas.

5. Celimpungan



Celimpungan, mirip laksan, hanya saja adonan pempek dibentuk mirip tekwan yang lebih besar dan disiram kuah santan.

6. Tempoyak



Tempoyak, makanan khas Palembang yang berbahan dasar daging durian yang ditumis beserta irisan cabai dan bawang, bentuknya seperti saus dan biasa disantap sebagai pelengkap makanan, rasanya unik dan gurih.

7. Kue Maksuba



Kue Maksubah, kue khas Palembang yang berbahan dasar utama telur bebek dan susu kental manis. Dalam pembuatannya telur yang dibutuhkan dapat mencapai sekitar 28 butir. Adonan kemudian diolah mirip adonan kue lapis. Rasanya enak, manis dan legit. Kue ini dipercaya sebagai salah satu sajian istana Kesultanan Palembang yang seringkali disajikan sebagai sajian untuk tamu kehormatan. Namun saat ini kue maksubah dapat ditemukan di seluruh Palembang dan sering disajikan di hari raya.


8. MARTABAK HAR



Martabak HAR,adalah makanan Khas dari India yang dibawah oleh Haji Abdul Razak. Berbahan dasar tepung terigu, yang diberi telor bebek dan telor ayam,kuahnya berbahan kari kambing yang dicampur kentang.

9. Pindang Tulang

Pindang Tulang, berbahan dasar tulang sapi dengan sedikit daging yang masih menempel dan sumsum di dalam tulang, direbus dengan bumbu pedas, sama halnya dengan pindang patin, makanan ini nikmat disantap sebagai lauk dengan nasi putih hangat

10. Kue Srikayo



Kue Srikayo, berbahan dasar utama telur dan daun pandan, berbentuk mirip puding. Kue berwarna hijau ini biasanya disantap dengan ketan dan memiliki rasa manis dan legit.

Rabu, 30 April 2014

Macam-Macam Pempek (makanan Khas Palembang)

Pempek? Siapa sih yang nggak kenal dengan makanan khas daerah Palembang yang terbuat dari adonan tepung terigu dan ikan, dimakan dengan kuah yang bercuka? Nyam-nyam, membayangkan saja sudah membuat lidah saya merasakan kegurihannya. Nih dia macam-macamnya..
1. Pempek Kapal Selam
Pempek Kapal Selam ini pempek paling besar.. satu saja udah kenyang. isinya telor
2. Pempek Telor
sama seperti pempek kapal selam, tapi lebih kecil
3. Pempek Lenjer
Bahannya sama seperti bahan pempek biasanya.. pempeknya panjang-panjang
4. Pempek Adaan

Biasanya dari ikan tenggiri
5. Pempek Keriting
Pembuatannya pakai cetakan. makanya bentuknya keriting seperti kerupuk
6. Pempek Pistel
pempek ini biasanya pakai isi, dari pepaya muda yg sudah dimasak sebelumnya
7. Pempek Kulit

Pempek ini dari kulit ikan. Garing rasanya
8. Pempek Panggang

Ini dari sagu seperti namanya pempek ini masaknya dengan cara dipanggang. Lalu pempeknya diisi pakai udang kering+saos cuko yang kental
9. Pempek Lenggang

Sama seperti pempek panggang, masaknya juga dipanggang, tapi pakai daun pisang.. tapi bisa juga di goreng biasa.. caranya pemepk lenjer/pemepk telor digoreng dengan telor yang sudah dikocok seperti telor dadar
10. Otak-otak

Otak-otak ikan Palembang, makanya dengan bumbu kacang
11. Pempek Tahu

Pempek tahu ini bikin nya seperti tahu isi, tapi isi nya bahan pempek adaan, lalu goreng sampe mateng
12. Tekwan

hidangan sup khas Palembang yang terbuat dari ikan dan sagu yang dibuat dalam ukuran kecil-kecil, dan disajikan dengan menggunakan kuah udang dengan rasa yang khas
13 . Model Gendum

Seperti tekwan, tapi isinya tahu

Adonan Dasar Pempek
Bahan:
* 400 gr ikan tenggiri.
* 75 cc air es.
* 1 sdt garam.
* 1 sdm saus tiram.
* 200 gr tepung sagu.
* 1 sdm tepung terigu.
* 3 siung bawang putih.
Cara Membuat:
* Keruk daging ikan dengan sendok, sisihkan kulitnya (untuk membuat pempek kulit).
* Haluskan daging ikan dengan food processor, jika tidak ada food processor, cincang daging ikan sampai halus dan lembut.
* Campur daging ikan dengan air, garam, dan saus tiram sambil terus diaduk.
* Tuang sagu sedikit demi sedikit, uleni sampai tidak lengket ditangan.
Jika adonan masih terlalu keras dan susah dibentuk, tambahkan lagi daging ikannya, aduk rata dan uleni hingga kalis dan dapat dibentuk.
* Adonan siap digunakan.
Dan yang ngebikin pempek enak adalah saos Cuko atau cuka
Bahan:
* 200 gr gula jawa, disisir halus.
* 600 ml air.
* 25 gr asam jawa.
* 1 sdm tongcai.
* 5 buah cabe rawit merah.
* 5 buah cabai rawit.
* 5 siung bawang putih.
* 1 sdt garam.
* 2 sdm kecap manis.
Cara Membuat:
* Haluskan cabai merah dan cabai rawit dan bawang putih.
* Rebus air bersama gula jawa, asam jawa, dan tongcai.
* Didihkan dengan api sedang selama 15 menit. saring, boleh ditambah air lagi.
* Didihkan kembali. masukkan bawang putih dan cabe rawit yg sudah dihaluskan tadi, aduk rata kemudian masukkan sisa bahan.
* Matikan api, dinginkan. Saring kembali. (jangan lupa cicipi).

Senin, 28 April 2014

Drag Race di Jakabaring 

Kalo dipikir2,,, masa Jalan utama di buat race gitu belum lagi areal jakabaring yang sedang gencar2nya dibangun sangat membutuhkan akses jalan yang lancar dan luas jadi dengan adanya event seperti itu bakal jelas2 mengganggu donk ya... ckckck... Semoga Semua bisa dikoordinir lah, mudah-mudahan event seperti ini dapat diselenggarakan tanpa masalah tempat dan perizinan... Sebab para Dragker di Palembang juga punya hak menyalurkan Hoby dan Talenta mereka di Event yang resmi agar tidak ngebut2 dijalan atau melakukan event2 sendiri sacara liar... :)

Silahkan buka di sini:
http://www.youtube.com/watch?v=gkzWTkalIfs

Minggu, 27 April 2014

Songket

Songket Minangkabau, motif segitiga bagian bawah melambangkan rebung (tunas bambu)
 
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu dan Minangkabau di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket digolongkan dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang.

Istilah

Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.[1] Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas dimulai.[2] Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.[3] Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.[2] Beberapa kain songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
Songket harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik, dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.

Sejarah

Perempuan Minang yang tengah menenun songket sekitar tahun 1900
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India atau Arab.[2] Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket.[4] Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani [5] dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu sekitar tahun 1500-an.[6] Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu.[7] Akan tetapi menurut penenun Terengganu[rujukan?], justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11).[2]
Songket Palembang dikenakan oleh pengantin wanita berbusana pernikahan adat Aesan Gede
Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, [8][9] kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas, hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi.[2] Songket mungkin dikembangkan pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
Dokumentasi mengenai asal usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran emas murni asli.[10]
Songket sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir pada tahun 1849.[11]

Motif

Songket memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek, Minangkabau.[12] Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis, Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar, termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club. Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan, Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar Berkandang, dan sejumlah motif lain.[9]

Songket kini

Ditinjau dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain mewah para bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan berada semata, karena harganya yang bervariasi; dari yang biasa dan terbilang murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan digunakannya benang emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal seperti dahulu kala yang menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan harganya cukup mahal.
Sejak dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu hantaran persembahan perkawinan. Di masa kini, busana resmi laki-laki Melayu pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan kebaya atau baju kurung.
Meskipun berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti zaman dan digemari masyarakat.[9] Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel.

Pusat kerajinan songket

Songket tradisional Sasak, Lombok.
Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat,[12] serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya.[13] Di luar Indonesia, kawasan pengrajin songket didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung Malaya[14] khususnya industri rumahan di pinggiran Kota Bahru, Kelantan dan Terengganu; serta di Brunei.[10]

Jumat, 25 April 2014

Icon Kota Palembang



Masjid Agung Palembang






Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang adalah sebuah masjid paling besar di Kota PalembangSumatera Selatan.
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni IndonesiaChina dan Eropa. Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti kelenteng. Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di Indonesia selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003.Megawati Soekarnoputri adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatera Selatan modern ini.
Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan ASEAN. Terletak di kawasan 19 Ilir, dimana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang telah lama didiami.



Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Kota PalembangProvinsi Sumatera SelatanIndonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota, terletak di tengah-tengah kota Palembang, menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir yang dipisahkan olehSungai Musi.

Struktur

Panjang : 1.117 m[rujukan?] (bagian tengah 71,90 m)
Lebar : 22 m
Tinggi : 11.5 m dari permukaan air
Tinggi Menara : 63 m dari permukaan tanah
Jarak antara menara : 75 m
Berat : 944 ton

Ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956. Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu. Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut.[1]
Pada awalnya, jembatan ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.[2]
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.[3] Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).[4]
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat

Keistimewaan




Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.[4]
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.
Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini

Rabu, 23 April 2014

CERITA RAKYAT ASAL MULA NAMA SUNGAI MUSI

 

Zaman dahulu kala, hubungan lalu lintas laut di seluruh dunia dilakukan dengan perahu layar. Pada zaman itu, banyak pula bajak laut.
Ketika itu perdagangan tidak memakai sistem jual beli tetapi dengan sistem barter. Menurut cerita, ada kelompok bajak laut negeri Cina yang terdiri dari tiga perahu layar, berlayar ke Selat Bangka. Perompak itu dipimpin oleh seorang yang bergelar Kapten. Mereka tertarik ketika melalui muara Sungai Musi, terutama karena lebarnya. Kapten mencari dalam peta, ternyata sungai itu belum ada nama di peta.



Para perompak itu melihat banyak perahu besar dan tongkang datang dari hulu sarat dengan muatan hasil bumi, Mereka pun mulai membentuk kelompok-kelompok untuk menjelajah daerah-daerah hulu. Ada kelompok mereka yang sampai di daerah dataran rendah Gunung Dempo (daerah Lahat sekarang), mereka kagum melihat betapa suburnya tanah. Tanaman kopi dengan buahnya yang besar-besar. Begitu juga cengkih, kayu manis dan berbagai tanaman lainnya.

Kelompok yang menjelajah Muara Enim sekarang juga kagum dengan melihat tanaman rempah-rempah dan batubara yang muncul di permukaan tanah. Sementara itu yang sampai di wilayah Ranau, begitu takjub ketika melihat tembakau pun tumbuh disana. Kapitan pun begitu tertarik dengan Wilayah Sumatera Selatan yang berpusat di Sungai Musi, dia pun memutuskan untuk tinggal lama di Palembang. Dia memberi tanda melingkari daerah Sumatera Selatan dalam peta seraya berkata,"Kita sekarang berada di daerah ini. Ternyata daerah dan sungai ini belum ada namanya di peta. Sudah ku pikir-pikir, kita menamakan daerah ini Mu Ci (dalam bahasa tua Cina Han, Mu Ci berarti Ayam Betina, dan Mu Ci adalah nama bagi Dewi Ayam Betina yang memberikan keberuntungan pada manusia).

Seorang perompak bertanya,”Mengapa Tuan menamakan daerah ini Mu Ci?” Bukankah Mu Ci (Ayam Betina) adalah makhluk yg memberikan keuntungan buat manusia? Sekali bertelur belasan butir. Telur adalah sumber makanan dan rezeki. Daerah ini pun sangat subur, luar biasa suburnya, hasil rempah-rempahnya bermutu tinggi. Ada tambang batubara, emas dan lain-lain. Maka daerah ini layak di sebut Mu Ci, karena tanahnya demikian kaya raya memberi keberuntungan bagi manusia. "Kalian ingat, penduduk di daerah ini juga memiliki sifat yang baik yang dimiliki ayam. Kaum pria daerah ini ramah, dapat bergaul dengan baik dan suka menolong. Akan tetapi jangan berbuat curang atau menipu mereka. Bukankah ada empat orang teman kita yang mati karena di tusuk penduduk dengan pisau?" Pemimpin Perompak melanjutkan pembicaraannya.

“Itu salah teman kita sendiri, sudah saya perintahkan untuk berperangai baik. Daerah ini dan seluruh penduduknya akan jadi mitra dagang kita dalam jangka panjang. Selain itu, wanita di daerah Mu Ci ini juga sangat baik, kulit mereka kuning seperti kita. Kaum wanita daerah ini hebat dan mengagumkan. Mereka bekerja keras mencari makanan untuk anak-anaknya, hormat dan baik pada sesamanya. Akan tetapi jangan coba-coba mengganggu mereka dan anak-anaknya. Mereka bisa lebih ganas dari elang sekalipun”. Beratus tahun kemudian kata Mu Ci berubah menjadi Musi.